Gunung Sarai merupakan Gunung tertinggi di daerah Lokbahan. Dikatakan penduduk sekitar, gunung tersebut juga sudah memasuki Desa Pariangan. Dengan ditumbuhi rerumputan ilalang, Gunung tersebut menjadi sangat mirip Bukit yang ada di Teletubies. Pengorbanan sesuai dengan hasil yang didapatkan, pemandangan dari puncak sangat indah dengan bagian timur dipenuhi gugusan menawan pegunungan Meratus dan di bagian barat terhampar Kandangan Kotaku Manis.
Jam 08.00 kami berangkat dari Durian Rabung menuju Desa Lokbahan. Dengan jalan yang begitu menegangkan tangan membuat perjalan menjadi terasa sangat jauh dan lama. Setelah melalui jalan yang sudah lama tidak diperbaiki oleh pemerintah tersebut. Sampailah kami di sebuah Poskesmas di Desa Lokbahan. Sembari bertanya dengan orang yang dikenal oleh anggota Paparudus, kami pun membeli makanan dan minuman yang mungkin diperlukan ketika pendakian karena kebetulan ada toko. Setelah sekitar seperempat jam kami di sana, mengingat jalan dan lain-lain. Kami pun berangkat menuju SDN Lokbahan 2 untuk meletakkan sepeda motor.
Sekitar jam sembilan kami memulai pendakian kami tentunya dengan berdo'a bersama terlebih dahulu. Jika kita bernyanyi naik-naik ke puncak gunung maka bait terakhir harus dinganti dengan pohon gatah (karet), karena sepanjang tanjakan yang kami lalui hanya terdapat pohon karet tersebut. Kami begitu semangat waktu itu, menaiki tanjakan dengan tertawa dan gurauan yang pastinya tidak jelas. Pelajaran bagi, kami hal-hal demikian mampu mepercepat, tapi bukan mempercepat jalan tapi malah mempercepat lelah.
Kami tiba di puncak Gunung Lokbahan, pendakian yang sekitar satu jam tersebut membuat gurauan dan cadaan sedikit berkurang karena pendakian tersebut sukses membuat kami kelelahan. Pemandangan di atas begitu asri, begitu hijau. Hal itu membuat kami dapat sedikit melupakan rasa lelah yang menghinggapi otot dan tulang kami. Kemudian masuklah ke sesi pemotretan alias berfoto-foto ria. Namun perjalanan tidak berakhir di sini, meskipun rencana awal hanya Gunung Lokbahan tidak membuat kami menyerah dan ingin pulang, kami terus melanjutkan pendakian kami sampai batas tertinggi daerah itu. Tersebutlah Gunung Sarai, tapi masalah yang muncul adalah ketidaktahuan jalan menuju gunung tersebut. Untung saja kami di bawa oleh dua orang anggota Paparudus yang memiliki tekad yang kuat dan keinginan yang benar-benar harus terealisasikan, sifat ini yang harus dimiliki seorang pendaki yang tentu saja juga harus memiliki rasa solidaritas yang tinggi antar pendaki.
Puluhan kali kami bertanya, menerobos hutan, membuat jalan baru, dan melakukan apa saja yang mampu membuat kami sampai ke pucuk gunung tersebut. Jangan tanya berapa kali kami tersesat, untungnya tekad dan ambisi yang tidak pernah putus membuat kami selalu mencoba dan terus mencoba. Dan akhirnya kami bertemu penduduk yang bersedia mengantarkan kami setengah jalan. Itupun syukur dibandingkan nyasar lebih jauh. Namun lagi-lagi kami stuck di tengah rimba, memaksa kami harus berpencar. Hal tersebut berbuah manis, kami menemukan jalan bekas orang menggarit (menjebak rusa) di tengah-tengah jalan. Sesuai intruksi penduduk sekitar jalan tersebut akan membimbing kami ke tempat tujuan. Singkat cerita, kami berada di kaki Gunung Sarai. Banyak sekali ilalang-ilalang tinggi yang mungkin saja dinamai penduduk sekitar dengan tumbuhan sarai, yang menjadikan Gunung tersebut bernama Sarai. Pengorbanan tenaga tentunya masih belum berakhir masih ada tanjakan yang harus dilaui untuk mencapai puncak. Dengan sisa kekuatan yang kami miliki dan tentunya tekad yang masih berapi-api, perlahan kami tapaki tanjakan dengan kemiringan sekitar 60-70 derajat tersebut. mungkin jaraknya hanya 100-200 m tapi terasa seperti 1-2 km, sungguh melelahkan. Wabihtisari qauli, kami tiba di pucuk sekitar jam setengah satu, seperti biasa kami mengabadikan momen yang diselimuti pemandangan yang Indah dan Asri.
Tentunya ini adalah tugas kita untuk selau menjaga apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita, seperti halnya alam yang memberikan kita kehidupan. Menjaga adalah salah satu wujud syukur kita kepada Allah SWT. Mari kita lindungi dan lestarikan keindahan alam Indonesia tentunya di HSS tercinta kita ini.
Saya bukan penulis dan pengingat yang baik. Jadi jika terdapat kekeliruan dalam postingan ini maka ada lebih baik pengunjung sekalian dapat mengoreksikannya.
M. Auliaurrahman, M. Rifani, Saya, Fajri |
Fajri, Saya, A. Fajry, M. Rifani, M. Auliaurrahman, M. Noor Yusuf, Ansyari (uwienk) Saif Fakhrun |
Saif Fakhrun dan Saya |
wah bagus nih. kapan kapan ajak saya kesana ya. saya tinggal di banjarmasin
BalasHapusiya, pasti mank ae
BalasHapus