KOMPAK masih belum puas dengan pendakian di Gunung Sarai. Kebetulan saya pernah diajak dan ikut mendaki ke gunung di Gumbil yang bernama Batu Baduduk oleh Paparudus, dan kemudian saya sarankan untuk menjadi tujuan selanjutnya.
Pemandangan di puncak Gunung Batu Baduduk sangat indah. Ditumbuhi ilalang tinggi menambah menawan suasana di sana, di tambah batu-batu besar yang berada di sana menjadikannya menarik untuk didaki. Ketinggian Gunung ini sekitar 200 hingga 300 mdpl, tidak terlalu tinggi, namun lingkungan yang masih belum tercemar oleh tangan nakal manusia membuat pemandangannya tidak membosankan untuk dipandangi. Gunung Batu Baduduk sangat terkenal setelah salah satu pemenang Blog saat HUT HSS megangkat tentang wisata tersebut, beriringan dengan ketenaran Batu Basar atau Batu Balumut yang juga berada di Gumbil.
KOMPAK mengawali perjalanan dengan niatan bahwa apa yang akan mereka kerjakan akan membebaskan mereka dari kepenatan rutinitas ketika liburan yang tidak lain seperti; makan, tidur, makan, tidur, bahiraaaa. Perjalanan kali ini tentunya akan memberikan variasi yang menantang di libur semester tahun ini.
Agar banyak yang ikut kala itu, kami terlebih dahulu bermalam di MAN 2 Kandangan dan kemudian besoknya (Sabtu, 3 Januari 2015) kami berangkat menuju tujuan. Namun, niatan kami ingin mengumpulkan pendaki malam itu tidak membuahkan hasil yang maksimal, Ichan selaku penggagas KOMPAK tidak dapat ikut dikarenakan ada tugas lain yang mesti dikerjakan serta Ali, dan beberapa teman lain yang juga tidak dapat bergabung. Alhasil tinggalah kami bersembilan yang dapat menapaki gunung di Gumbil. Paginya kami makan dan rencanannya jam 7.00 kami sudah berangkat menuju lokasi. Namun ada beberapa kendala sehingga jam pemberangkatan diundur hingga sekitar satu jam.
Sembilan anggota KOMPAK dengan semangat melakukan perjalanan ketika itu. Dari Amawang, kemudian Loklua, Jambu, Karang Jawa, Tabihi, lalu Pandulangan, Mandala, dan akhirnya sampai di sebuah langgar di Gumbil. Karena malam tadi hujan, kami tidak berani meneruskan perjalanan dengan bersepeda motor, alih-alih ingin cepat sampai dan tidak lelah malah nanti dapat musibah, mending jalan kaki biar tubuh jadi gagah.
Sekitar 200 meter kami berjalan, kami menemui sebuah batu besar yang penduduk sekitar menamai batu tersebut Batu Basar dikarenakan secara berkala batu tersebut dapat membesar, dan konon di dalam batu tersebut didiami oleh 7 bidadari, hal ini disalahgunakan oleh orang yang ingin mendapat kekayaan, mereka balampah atau bertapa memohon kekayaan dari batu tersebut. Padahal sudah jelas yang memberikan rezeki dan nikmat itu hanya Allah SWT. semata. Setelah puas memandangi batu yang sebesar rumah tersebut kami melanjutkan perjalanan menuju gunung batu baduduk. Gemericik air yang tidak henti menemani perjalanan kami menuju lokasi. Naik turun dan licinnya jalan tidak menggoyahkan tekad yang telah kami patrikan dalam hati, karena tekad yang kuat tidak peduli perjalanan meski berat.
Setelah sekitar 300-400 m kami berjalan tibalah kami di lereng gunung yang dituju. perlahan kami menapaki tanjakan dengan kekuatan yang tersisa. Singkatnya, kami berhasil meraih puncak batu baduduk. Tapi kami belum puas, setelah istirahat yang cukup kami kembali menaiki gunung yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan rasa ingin tahu dan semangat untuk menyombongkan diri, kami terus menaiki gunung yang sedikitpun tidak terlihat ujungnya. Namun pada akhirnya, kesombongan berubah menjadi rasa takjub kepada ciptaan Allah SWT.
Pemandangan dari sana sangat luar biasa. Ke arah timur bersusun megah pegunungan Meratus, arah selatan hingga barat terhampar sawah dan ladang, dan pada arah barat laut sudah memasuki HST. Ilalang yang tinggi menjadikan hari itu menjadi perjalanan yang gatal, jika anda ingin ke sana saya merekomendasikan anda untuk memakai pakaian dan celana yang panjang, serta membawa topi karena di sana tidak ada tempat berteduh.
Jaga lingkungan kita, selagi masih ada.
Saya bukan penulis dan pengingat yang baik, saya sangat menghargai jika ada kritik dan saran yang membangun dari para pengunjung sekalian.
Agar banyak yang ikut kala itu, kami terlebih dahulu bermalam di MAN 2 Kandangan dan kemudian besoknya (Sabtu, 3 Januari 2015) kami berangkat menuju tujuan. Namun, niatan kami ingin mengumpulkan pendaki malam itu tidak membuahkan hasil yang maksimal, Ichan selaku penggagas KOMPAK tidak dapat ikut dikarenakan ada tugas lain yang mesti dikerjakan serta Ali, dan beberapa teman lain yang juga tidak dapat bergabung. Alhasil tinggalah kami bersembilan yang dapat menapaki gunung di Gumbil. Paginya kami makan dan rencanannya jam 7.00 kami sudah berangkat menuju lokasi. Namun ada beberapa kendala sehingga jam pemberangkatan diundur hingga sekitar satu jam.
Sembilan anggota KOMPAK dengan semangat melakukan perjalanan ketika itu. Dari Amawang, kemudian Loklua, Jambu, Karang Jawa, Tabihi, lalu Pandulangan, Mandala, dan akhirnya sampai di sebuah langgar di Gumbil. Karena malam tadi hujan, kami tidak berani meneruskan perjalanan dengan bersepeda motor, alih-alih ingin cepat sampai dan tidak lelah malah nanti dapat musibah, mending jalan kaki biar tubuh jadi gagah.
Sekitar 200 meter kami berjalan, kami menemui sebuah batu besar yang penduduk sekitar menamai batu tersebut Batu Basar dikarenakan secara berkala batu tersebut dapat membesar, dan konon di dalam batu tersebut didiami oleh 7 bidadari, hal ini disalahgunakan oleh orang yang ingin mendapat kekayaan, mereka balampah atau bertapa memohon kekayaan dari batu tersebut. Padahal sudah jelas yang memberikan rezeki dan nikmat itu hanya Allah SWT. semata. Setelah puas memandangi batu yang sebesar rumah tersebut kami melanjutkan perjalanan menuju gunung batu baduduk. Gemericik air yang tidak henti menemani perjalanan kami menuju lokasi. Naik turun dan licinnya jalan tidak menggoyahkan tekad yang telah kami patrikan dalam hati, karena tekad yang kuat tidak peduli perjalanan meski berat.
Setelah sekitar 300-400 m kami berjalan tibalah kami di lereng gunung yang dituju. perlahan kami menapaki tanjakan dengan kekuatan yang tersisa. Singkatnya, kami berhasil meraih puncak batu baduduk. Tapi kami belum puas, setelah istirahat yang cukup kami kembali menaiki gunung yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan rasa ingin tahu dan semangat untuk menyombongkan diri, kami terus menaiki gunung yang sedikitpun tidak terlihat ujungnya. Namun pada akhirnya, kesombongan berubah menjadi rasa takjub kepada ciptaan Allah SWT.
Pemandangan dari sana sangat luar biasa. Ke arah timur bersusun megah pegunungan Meratus, arah selatan hingga barat terhampar sawah dan ladang, dan pada arah barat laut sudah memasuki HST. Ilalang yang tinggi menjadikan hari itu menjadi perjalanan yang gatal, jika anda ingin ke sana saya merekomendasikan anda untuk memakai pakaian dan celana yang panjang, serta membawa topi karena di sana tidak ada tempat berteduh.
Jaga lingkungan kita, selagi masih ada.
Saif Fakhrun, Harun, Rezki Azhari, Auliaurrahman, Fajri, Rifani, Raji, Fajry, Saya Gn. Batu Baduduk 1 |
Gn. Batu Baduduk 2 |
Perjalanan pulang dari Gn. Batu Baduduk 2 ke Gn. Batu Baduduk 1 |
Saya bukan penulis dan pengingat yang baik, saya sangat menghargai jika ada kritik dan saran yang membangun dari para pengunjung sekalian.
keren rif... (y)
BalasHapusky buhn penulis profesional isi blognya (y)
makasih. ah ah ah ahha
BalasHapustapi, mun ini sudah profesional, brarti ikm di atas profesional lut ai.
Mantap, terus jelajahi, pelajari, n dokumentasikan seluruh cagar budaya dan situs sejarah benua kita, suatu saat pasti berguna.... (tapi jangan kada ingat bulik...hehehe)
BalasHapusSIP mang.
BalasHapusadakah film hanyar mang? haha
Bujuran 300 mdpl haja kah min? Thanks
BalasHapusmenurut google map 300 mdpl
HapusMantap. Salam blogger. Lewat blog ini dari kada tahu manjadi tahu. Tadahulu urang nah kasana. Pabilakah manggini'i bajalanan ka sana. Handak tahu jua kaya apa kaadaan nang sabujurnya.
BalasHapuskadada kasitu lagi jua pa ai nah.
Hapusamazing....!!!
BalasHapus